
5 Kebiasaan Buruk yang Penyebab Gigi Sensitif
Apakah Anda pernah mengalami ngilu atau nyeri pada gigi setelah makan atau minum yang panas atau dingin? Atau hancurnya mood di momen spesial karena gigi ngilu setelah menyantap dessert yang nikmat? Jika iya, Anda mungkin memiliki gigi sensitif. Seseorang yang memiliki gigi sensitif akan merasakan sensasi nyeri dan ngilu, terutama pada bagian akar gigi. Hal ini terjadi dikarenakan menipisnya lapisan email gigi sehingga lapisan dentin terbuka dan menjadikannya lebih peka terhadap rangsangan suhu dari luar. Namun apa Anda tahu ternyata beberapa kebiasaan Anda dapat menjadi penyebab gigi sensitif?
- Menyikat Gigi Terlalu Keras
Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli di Amerika Serikat, 50–90% penderita gigi sensitif menyikat gigi dengan tekanan yang besar. Meskipun sebagian besar orang beranggapan menyikat gigi dengan keras dapat membersihkan gigi dengan lebih optimal, hal ini justru dapat mempertipis lapisan email gigi. - Menggertakkan Gigi
Apa Anda memiliki kebiasaan menggertak-gertakan gigi saat gugup atau saat tidur? Kebiasaan ini dapat memperparah gigi sensitif karena dapat mengikis lapisan email gigi yang membuat dentin gigi menjadi terbuka, sehingga gigi akan menjadi lebih sensitif dalam menerima rangsangan. - Menggunakan Obat Kumur
Obat kumur memang dapat membersihkan gigi secara lebih optimal. Namun, jika dilakukan berlebihan, dapat meningkatkan risiko gigi sensitif. Hal ini dapat terjadi karena di dalam beberapa obat kumur terkandung alkohol, asam, dan bahan kimia lainnya. Selain obat kumur, Anda dapat menggunakan floss atau benang gigi untuk membersihkan sisa makanan di sela gigi. - Merokok
Selain dapat menyebabkan kanker, ternyata merokok juga merupakan salah satu penyebab gigi sensitif. Jika Anda adalah seorang perokok, Anda cenderung memiliki plak yang sulit dihilangkan pada gigi, yang dapat menyebabkan masalah gusi. Masalah gusi ini dapat membuat gigi rentan terhadap kerusakan, yang dapat menyebabkan sensitivitas. - Menggunakan Pasta Gigi yang Tidak Tepat
Apa Anda membaca kandungan yang terdapat di dalam pasta gigi sebelum membelinya? Pemilihan pasta gigi yang salah dapat meningkatkan risiko gigi sensitif, terutama apabila pasta gigi tersebut mengandung baking soda atau zat kimia lain yang tinggi asam. Para dokter menyarankan pasta gigi yang mengandung fluoride, yang dapat memperkuat email gigi.
Itulah 5 kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan gigi sensitif. Apa Anda melakukan salah satunya? Jika iya, ada baiknya Anda menghentikan kebiasaan buruk tersebut dan melakukan langkah pencegahan.
Pepsodent Merekomendasikan
Pasta Gigi Sensitive Mineral Expert Sensitivity Treatment Extra Fresh
Pasta Gigi dengan kandungan Active Remin Complex, bantu perbaiki gigi sensitif dengan membentuk lapisan mineral alami gigi, redakan ngilu tepat di sumbernya.
Pasta Gigi Sensitive Mineral Expert Sensitivity Treatment
Pasta Gigi dengan kandungan Active Remin Complex, bantu perbaiki gigi sensitif dengan membentuk lapisan mineral alami gigi, redakan ngilu tepat di sumbernya.
Pasta Gigi Sensitive Mineral Expert by Pepsodent Gum Care
Pepsodent Sensitive Mineral Expert Gum Care, pasta gigi yang melindungi gusi dan mengobati rasa ngilu di gigi.
Mencegah Gigi Sensitif
Untuk mencegah gigi sensitif, sikat gigi Anda dua kali sehari selama dua menit, gunakan floss sekali sehari, bersihkan lidah Anda, dan berkumur dengan mouthwash antiseptic setiap kali Anda ingin menjaga nafas tetap segar.
Dan bagi Anda yang mengalami ngilu akibat gigi sensitif, Anda perlu menggunakan pasta gigi khusus gigi sensitif, karena pasta gigi khusus gigi sensitif mengandung bahan untuk mengurangi sensitivitas gigi seperti potassium nitrat.
Anda dapat menggunakan Pepsodent Sensitive Expert Original yang dapat menghilangkan rasa ngilu di gigi dan diperkaya dengan mineral HAP. Selain menggunakan pasta gigi yang tepat, Anda juga sebaiknya menggunakan sikat gigi dengan ujung yang lembut.
Tentu saja, jika Anda mengalami gigi sensitif yang disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti GERD atau bulimia, disarankan untuk tetap berkonsultasi dengan dokter gigi untuk mendapatkan penanganan medis yang sesuai.
Referensi:
Diakses pada: 18 Maret 2019